Medan (SIB)- Acara perkumpulan marga saat ini monoton didominasi
adat, mekanisme kerja secara modern kurang diperhatikan, bahkan hampir tidak
ada. Harapan ke depan kepengurusan parsadaan Situmorang Sipitu Ama Dohot Boruna
(PSSAB) se Indonesia harus memperhatikan bahwa soliditas komunitas itu
nomor satu,bukan banyaknya orang.
“Hal itu dikatakan Palmer Situmorang SH,
utusan Cabang Jakarta pada Musyawarah Besar (Mubes) III Parsadaan Situmorang
Sipitu Ama Dohot Boruna (PSSAB) se Indonesia yang digelar, Sabtu (21/6) di
Hotel Santika Dyandra Medan.
Menurut praktisi hukum ini, orang Batak hanya
memperhatikan masalah adat kurang memperhatikan infrastruktur yang begitu baik.
Padahal orang Batak memiliki infrastruktur yang sangat bagus yakni
“parmargaon” dan “dalihan natolu”. Sehingga memiliki jati diri ketika
mengelompokkan diri untuk membuat suatu gerakan dalam mendukung komunitasnya.
“Itu sangat bagus, hanya sayangnya Pemilu kita
baru dua periode pemilihan langsung, nanti dua periode yang akan datang semua
berebutan menjadi pengurus marga-marga. Karena itu akan menentukan arah
politik satu wilayah, jadi orang Batak beruntung memiliki infrastruktur
parmargaon dan dalihan natolu, kita tunggu dua periode yang akan datang akan
kita rasakan manfaat komunitas parmargaon ini,” ucap Palmer Situmorang.
Mubes dibuka salah seorang unsur penasehat,
Drs AM Situmorang, mantan pembantu Gubsu era Raja Inal Siregar ini mengharapkan
agar pomparan Situmorang tetap menggalakkan marsipature hutana be, untuk
membangun kampung halaman. Minimal membangun tugu, karena dalam pembangunan
tersebut pasti jalan ke lokasi akan terbangun, untuk mewujudkan itu pomparan
Situmorang harus kompak.
Ketua DPP PSSAB Kombes Pol (Purn) Drs DU
Sitohang mengatakan, tahun 1960 perkumpulan ini sudah terbentuk terutama di
kota-kota besar bernama PASIBONA. Tahun 1972 pengurus melaksanakan pertemuan
besar dalam bentuk seminar dan menjadi embrio terbentuknya Dewan Pengurus Pusat
(DPP) yang berperan mengkordinir punguan lebih terorganisir.
Namun dalam perjalanannya penuh dinamika dan
pasang surut yang sangat tergantung pada perhatian pengetua, tokoh serta
orangtua terdahulu. Punguan ini telah melantik kepengurusan. Tahun 1987
kepengurusan diaktifkan kembali dengan tugas pokok “Pembangunan Tugu Situmorang
Sipitu Ama di bona pasogit Urat Samosir. Tahun 1991 kepengurusan vakum, lalu
diprakarsailah Mubes I tahun 2003 dan terakhir 2008 diketuai Ir Suga Situmorang
dan Mubes II tahun 2008-2014 diketuai Kombes Pol Drs DU Sitohang.
Dikatakannya, marga Situmorang adalah salah
satu marga tertua dan besar di lingkungan etnis Batak. Melihat perkembangan
zaman dan populasinya, perlu adanya kelestarian dan keutuhan marga ini oleh
generasi mudanya.
Tema Mubes: Dengan semangat Tampak na do tajom
na, rim ni tahi do gogona, kita bangun kebersamaan untuk memperkokoh kesatuan
dan persatuan demi kemajuan pomparan Ompu Tuan Situmorang. Dengan tema
tersebut, Ketua Umum Panitia Ir JB Siringoringo mengatakan, pomparan Situmorang
harus komit dengan tona ni Ompu Tuan Situmorang yaitu, sisada anak, sisada lulu
di boru. Artinya tidak boleh cerai berai tapi mengedepankan kepentingan bersama
untuk menjaga keutuhan marga Situmorang Sipitu Ama.
Ketua Umum PSSAB Kota Medan Ir B Situmorang,
MBA, MM mengatakan, Ompu Tuan Situmorang mewariskan pohon jabi jabi Sisangapon
di Urat Samosir pertanda persatuan bagi keturunannya. PSSAB Medan membuat
replika pohon tersebut berupa tabungan jabi jabi sisangapon berupa dana
abadi yang akan diwariskan kepada generasi muda yang sekarang sudah terkumpul
Rp 105.703.000.
Ketua Cabang PSSAB Pekanbaru St A Siringoringo
menjelaskan, persatuan dan kesatuan harus diwariskan keturunan sekarang kepada
generasi muda ke depan. Budaya Batak harus ditularkan kepada generasi muda meski
lahir dan besar di kota besar. Harus tahu bertutur, siapa
bapatuanya, bapaudanya, namboru, abang, adik atau ibotonya. Perkembangan
pomparan Situmorang di Pekan Baru sangat menggembirakan, kini berjumlah 1200 KK
dan sudah memiliki Website.
Dari boru, Sahala Panggabean menawarkan konsep
sebuah forum untuk peningkatan kesejahteraan punguan yang tidak mengurusi
urusan adat. Karena generasi muda harus diperhatikan masa depannya karena
mereka adalah aset bangsa.
Tampak hadir Brigjen Monang
Situmorang, mantan Ketua Pengadilan Tinggi Sumut Monang Siringoringo,Edwin
Pamimpin Situmorang, SH, MH, Edward Situmorang, Sahala Panggabean (boru),
Sitor Situmorang, Wakajati Sumsel Sudung Situmorang, SH, MH, Sekda Humbahas
Saul Situmorang, Manahan Situmorang, Parlin Situmorang, Pdt Santun
Situmorang. Peserta Mubes terdiri dari DKI, Palembang, Surabaya, Pekan Baru,
Batam, Medan, Tobasa, Humbahas, Tarutung, dll. (A14/i)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar