Kisah Kampung Sirait terkait dengan Tuan Ringo
sebagaimana dikisahkan Fidelis Situmorang dalam buku kumpulan cerpennya
berjudul “Tuan Ringo”.
Dalam tulisannya Fidelis mengisahkan bahwa oleh karena selisih paham dan pertengkaran dengan Abangnya, Tuan Ringo pergi meninggalkan kampung halamannya di Urat Samosir dan berjanji untuk tidak akan kembali ke kampungnya tersebut. Dalam pengembaraannya sampailah kemudian Tuan Ringo di Pahae. Berkat jasanya dalam melindungi kampung Sitompul dari musuh, Tuan Ringo kemudian menikah dengan boru Sitompul. Beliau kemudian dikaruniai seorang anak yang diberi nama Raja Dapoton.
Beberapa waktu berlalu. Abangnya Tuan Ringo yang kemudian menyesali pertengkaran dan perpisahan yang telah terjadi datang membujuk Tuan Ringo agar mau pulang. Dengan enggan dan setelah lama mempertimbangkannya, Tuan Ringo akhirnya bersedia untuk pulang. Kepulangan Tuan Ringo didahului oleh kepulangan isterinya boru Sitompul dan anaknya Raja Dapoton bersama kerabat yang menjemputnya. Tuan Ringo menyusul beberapa waktu kemudian pulang ke Samosir. Namun beliau tidak pulang ke Urat sesuai janjinya, tapi ke Sirait di dekat Urat. Beliau memulai hidup baru dan menjadi saudagar pertama yang membuka Onan (Pasar) di Sirait.
Boru Sitompul memberikan tiga anak lagi bagi Tuan Ringo: Raja Rea, Tuan Onggar dan Siagian. Raja Dapoton/ Raja Hasahaton, keturunannya sampai sekarang tetap mengunakan marga Situmorang. Raja Rea, keturunannya sekarang menggunakan marga Siringo-ringo. Tuan Onggar, keturunannya sekarang menggunakan marga Rumapea, Sipampang, dll. Siagian, keturunannya sampai sekarang belum di ketahui, kemungkinan berkembang di Labuhan Batu. Demikian penuturan Fidelis Situmorang.
(http://sosbud.kompasiana.com/2012/06/20/tuan-ringo-dan-onan-sirait-asalusul-kampung-sirait-samosir-2-465956.html)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar